Jakarta: Ketekunan dan kerja keras Martinah berbuah manis. Setelah puluhan tahun bergulat dengan tempe, ia kini bisa merasakan penghasilan yang fantastis, yakni lebih dari Rp10 juta per hari.
Perempuan yang akrab disapa Mama Tina itu memulai bisnis tempe bersama suaminya sejak 1980-an. Saat itu, ia hanya memproduksi tempe dan langsung menjualnya tanpa diolah terlebih dulu.
Baru pada 2011, ia mulai mengolah tempe menjadi keripik setelah diberikan ide oleh saudaranya saat berada di kampung halaman. Pada masa-masa awal, ia hanya sanggup memproduksi 30 kilogram keripik sehari. Menurutnya, membuat produk tersebut cukup sulit karena membutuhkan kehati-hatian ekstra saat memotong. Terlebih, saat itu, ia dan suami beserta anak-anaknya memotong hanya dengan menggunakan pisau biasa.
Kini, setelah ditekuni selama bertahun-tahun, bisnisnya berkembang pesat. Mama Tina sudah memiliki 21 karyawan dan mampu menghasilkan 150 kilogram keripik tempe per hari.
Ia juga menjadi salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Setiap kilogramnya ia banderol dengan harga Rp70 ribu untuk reseller dan Rp75 ribu untuk konsumen biasa. Artinya, dalam sehari Mama Tina bisa mengantongi setidaknya Rp10 juta.
"Kalau lagi santai paling 1,5 kuintal (150 kilogram) per hari. Kalau ramai bisa dua kuintal (200 kilogram)," ujar Mama Tina saat ditemui di kediamannya di Keramat Pela, Jakarta Selatan.
Rambah pasar ekspor
Keripik Tempe Mama Tina tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Produknya juga sudah merambah pasar ekspor seperti Singapura, Thailand, dan Uni Emirat Arab.
"Kami bisa ekspor karena bertemu pengusaha saat pameran di Smesco. Dari situ kami mulai diminta untuk mengirim ke luar negeri," tuturnya.
Ia mengungkapkan dari total produksi harian, sebanyak 30 persen ditujukan untuk pasar mancanegara. Bahkan, kalau memang ada permintaan mendesak, jumlah yang diekspor dalam sehari bisa lebih besar lagi.
"Kalau mereka minta kapalnya penuh, ya kita kasih semua. Kalau tidak dikasih, nanti mereka kapok, berhenti langganan. Kalau sudah begitu ya untuk pasar lokalnya mengalah dulu. Kita penuhi permintaan global," jelasnya.