Penentuan awal Ramadan kerap dilakukan dengan dua metode, yaitu hisab dan rukyat. Apa perbedaan dua metode tersebut?
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sesuai hadis tersebut, hilal adalah kunci penentuan Ramadan dan hari raya. Perjalanan secara Islam mencatat, penentuan awal bulan berdasarkan pada dua metode, hisab dan rukyat.
1. Hisab
Hisab Hakiki Wujudul Hilal secara harfiah berarti perhitungan posisi matahari dan bulan secara astronomi atau ilmu falak untuk menentukan datangnya hilal penandaan bulan baru dalam kalender hijriah.
Bulan baru terjadi jika ketinggian hilal sudah di atas nol derajat dan memenuhi dua prinsip. Pertama, ijtima' terjadi sebelum matahari terbenam dan secara perhitungan bulan terbenam setelah matahari terbenam.
Tampak atau tidaknya hilal tidak masalah dalam metode yang telah lama digunakan organisasi islam Muhammadiyah ini.
2. Rukyat
Rukyatul hilal adalah aktivitas mengamati penampakan hilal atau bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtima'. ijtima' adalah saat matahari dan bulan dalam satu bujur yang sama.
Di Indonesia, metode ini kukuh digunakan organisasi islam Nahdlatul Ulama. Dalam rukyat, hisab tetap digunakan. Tetapi hanya sebagai alat bantu, bukan penentu.